Jiwa Dan Roh Menurut Agama

  Pada waktu Anda mendengar kata ”Jiwa” dan ”Roh”, apa yang terlintas dalam pikiran anda? Banyak orang percaya bahwa kata-kata itu mengartikan sesuatu yang tidak kelihatan dan abadi yang ada dalam diri kita. Menurut sebagian para ahli, Roh dapat diartikan juga sebagai pribadi orang itu secara keseluruhan setelah kematian. Ada juga sebagian orang yang kurang mempercayai bahwa Roh itu ada, dan Roh biasa juga disebut sebagai sebuah Titik Cahaya yang keluar dari dalam tubuh seseorang yang telah meninggal. Sedangkan untuk Jiwa sendiri mempunyai pengertian yang berbeda pula juga menurut sebagian orang, ada yang mengatakan jiwa adalah sebuah bentuk yang menyerupai wujud asli dari apa yang diikutinya.

 Berikut adalah perbedaan pengertian mengenai Jiwa Dan Roh Menurut Agama:

I    Menurut Ajaran KeBuddhaan

ada 2 jenis pengertian mengenai hal ini , Yakni : Atman Dan Roh . 
    • Atman yaitu percikan terkecil dari Tuhan dimana atman itu tidak terpengaruh dengan sifat keduniawian. Misalnya disaat proses kehamilan seorang ibu maka anak yang akan dilahirkan mendapat percikan dari Tuhan yang disebut Atman. Sehingga si-anak tersebut menjadi hidup dan dilahirkan dalam keadaan polos.Sedangkan,
    • Roh yakni sudah terikat dengan Hal-hal keduniawian. Misalnya orang yang meninggal kemudian kita melihat hantunya, maka itu sebenarnya yang kita lihat adalah Roh yang masih terikat dengan sifat keduniawian sehingga si-Roh tersebut masih merasakan adanya ketergantungan terhadap duniawi sehingga masih gentayangan.

    Penjelasan diatas memberitahu bahwa Atman dan roh itu sangan berbeda. Sebab Atman merupakan percikan Tuhan yang sudah tidak terikat, sehingga bisa berbentuk apa saja misalnya seperti cahaya dari sang Dewata sedangkan Roh masih mengalami bentuk seperti di darimana dia berasal (masih kadang berbentuk seperti waktu masih Hidup).

    II    Menurut Pandangan Islam

    Jiwa, dalam bahasa Arab disebut Nafs, dan dalam bahasa Yunani disebut Psyche yang diterjemahkan dengan jiwa atau Soul dalam bahasa Inggris. Sedangkan Roh biasanya diterjemahkan dengan Nyawa atau Spirit. Sejak manusia mengalami proses kejadian Sampai sempurna menjadi janin dan dilahirkan ke atas dunia, telah ada unsur lain yang bukan fisik material yang ikut menyusun semua peristiwa penciptaan itu. Justru adanya unsur non-fisik inilah yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya sebagai satu kelebihan. Kelebihan ini akhirnya tampak nyata pada norma-norma nafsiyah (psikologis) dengan segala kegiatannya.

    Ada beberapa  para ahli/ilmuwan yang berpendapat tentang jiwa/roh salah satunya

    Plato (477-347 sM)
    Berpendapat bahwa jiwa itu adalah sesuatu yang immaterial, abstrak dan sudah ada lebih dahulu di alam praserisoris. Kemudian bersarang di tubuh manusia dan mengambil lokasi di kepala (logition, pikiran), di dada (thumeticon, kehendak) dan di perut (abdomen, perasaan). Pendapat ini kemudian dikenal dengan istilah Trichotomi. Menurut Plato, ketiga unsur inilah yang mendasari seluruh aktivitas manusia. Dengan kata lain, seluruh kegiatan hidup kejiwaan manusia mempunyai dasar yang kuat pada ketiga unsur tersebut. Sejajar dengan trichotominya, Plato mengatakan bahwa manusia akan memiliki sifat Bijaksana (jika pikiran menguasai dirinya) dan Ksatria atau Berani (jika kehendak menguasai dirinya) serta Kesederhanaan (jika perasaannya tunduk pada akalnya). Maka apabila ketiga sifat itu menguasai manusia,berarti ia telah memiliki kesadaran sebagai manusia. Sadar artinya mengerti secara aktif. Dengan kesadaran inilah, manusia selalu cenderung untuk menentukan sendiri bentuk-bentuk aktivitas hidupnya dan tingkah-laku yang diwujudkannya, maupun finalita dalam kehidupannya.

    Kemudian, apa perbedaan jiwa dengan roh?
    Membicarakan masalah roh itu memang kurung menarik perhatian, kecuali beberapa orang tertentu yang memperhatikan dirinya serta ingin memahami fungsi roh pada tubuhnya. Yang mempersoalkan roh pertama kali adalah kaum Yahudi, yang dijawab oleh wahyu:"Katakanlah Muhammad, bahwa roh itu menjadi urusan Tuhanku saja." (QS Al Isra': 85).

    III     Menurut Pandangan Kristiani

    Anda mungkin ingat bahwa pada mulanya sebagian besar Alkitab ditulis dalam bahasa Ibrani dan Yunani. Ketika menulis tentang Jiwa, para penulis Alkitab menggunakan kata Ibrani neʹfes atau kata Yunani psy·kheʹ. Kedua kata itu muncul lebih dari 800 kali dalam Alkitab, dan Terjemahan Dunia Baru secara konsisten menerjemahkannya sebagai ”Jiwa”. Sewaktu Anda memeriksa penggunaan kata ”Jiwa” dalam Alkitab, jelas bahwa kata itu pada dasarnya memaksudkan (1) orang, (2) binatang, atau (3) kehidupan seseorang atau seekor binatang. Sedangkan Roh Para penulis Alkitab menggunakan kata Ibrani ruʹakh atau kata Yunani pneuʹma sewaktu menulis tentang ”Roh”. Alkitab sendiri menunjukkan arti kata-kata itu. Misalnya, Mazmur 104:29 mengatakan, ”Apabila engkau [Yehuwa] mengambil Roh [ruʹakh] mereka, mereka mati, dan mereka kembali kepada debu.” Dan, dalam Yakobus 2:26 dikatakan bahwa ”tubuh tanpa Roh [pneuʹma] adalah mati”. Maka, dalam ayat-ayat itu, ”Roh” memaksudkan sesuatu yang memberikan kehidupan kepada tubuh. Tanpa Roh, tubuh mati. Karena itu, dalam Alkitab kata ruʹakh tidak hanya diterjemahkan sebagai ”Roh” tetapi juga sebagai ”tenaga”, atau ”daya kehidupan”. Misalnya, mengenai Air Bah pada zaman Nuh, Allah menyatakan, ”Aku akan mendatangkan air bah ke atas bumi untuk membinasakan dari bawah langit semua makhluk yang memiliki Daya [ruʹakh] kehidupan yang aktif.” (Kejadian 6:17; 7:15, 22) Jadi, ”Roh” memaksudkan daya yang tidak kelihatan (pancaran kehidupan) yang memberikan kehidupan kepada semua makhluk hidup.

    Dapat disimpulkan Jiwa dan Roh tidak sama. Tubuh membutuhkan Roh, sama seperti radio membutuhkan listrik. Sebagai gambaran lebih jauh, coba bayangkan sebuah radio. Apabila Anda memasukkan baterai ke dalam radio portabel lalu menyalakannya, listrik yang tersimpan dalam baterai akan menghidupkan radio itu. Tetapi, tanpa baterai, radio itu mati. Radio listrik juga akan mati jika kabelnya dicabut dari stop kontak. Demikian pula, Roh adalah  daya yang menghidupkan tubuh kita. Dan, sama seperti listrik, Roh tidak mempunyai perasaan dan tidak dapat berpikir. Roh adalah daya yang tidak berkepribadian. Tetapi, tanpa Roh, atau daya kehidupan, tubuh kita ’mati dan kembali kepada debu’, sebagaimana dikatakan pemazmur.

    Jadi, dalam satu pengertian yang hampir serupa, dapat disimpulkan bahwa Roh dan Jiwa itu berbeda.

    Kisah 8 Dewa (Hanzi : 八仙; Pinyin : Ba Xian)

     
    Kisah 8 Dewa (Hanzi : 八仙; Pinyin : Ba Xian) berasal dari Peng Lai( 蓬莱 ) kota Yantai, Provinsi Shandong, Tiongkok. Diceritakan 8 Dewa tidak menggunakan perahu untuk menyeberangi lautan, melainkan menggunakan kesaktian mereka. Mereka adalah simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa. Masing-masing dewa mewakili 8 kondisi kehidupan : anak muda, lansia, kemiskinan, kekayaan, rakyat jelata, ningrat, pria dan wanita. Diceritakan bahwa sebagian besar dilahirkan pada zaman dinasti Tang dan dinasti Sung. Walaupun penjelasan mengenai mereka telah ada sejak dinasti Tang, namun pengelompokkan ke dalam kategori 8 Dewa baru terjadi pada masa dinasti Ming.





          Delapan Dewa adalah salah satu tema favorit dari seniman-seniman Tiongkok dan kebanyakan menjadi objek yang digambarkan dalam keramik dan porselen. Gambar 8 dewa juga banyak dipasang di setiap Vihara maupun tempat ibadah bagi orang Tionghoa. Selain itu, 8 Dewa biasanya juga ditampilkan dalam lukisan Tahun Baru Imlek, Bordiran, serta Festival Lentera/Lampion.
     
    Berikut Profil 8 Dewa :

    He Xian Gu (何仙姑)


    He Xian Gu (何仙姑) Bernama asli He Qiong. Beliau dilahirkan di Kabupaten Zengcheng, provinsi Guangzhou, desa Guangdong pada zaman Dinasti Tang (618-907 M). Beliau tinggal disebuah tempat di tepi sungai bernama Yun Mu, yang berarti Sungai Mika. Beliau meupakan satu-satunya perempuan diantara 8 Dewa. Saat usianya 14 tahun, seorang Dewa muncul dalam mimpinya dan memberi petunjuk kepadanya untuk makan bubuk Mika, agar tubuhnya bisa menjadi sangat ringan dan abadi. Saat mendaki bukit dan menuruni lembah He Xian Gu dapat melintasinya dengan cepat, rasanya seperti terbang bagaikan makhluk bersayap.Beliau pergi ke bukit itu untuk mengambil buah Dewa untuk Ibunya.

    Kaisar Wu Zen Tian yang mengetahui kesaktian He Xian Gu, memanggil Beliau ke Istana. Dalam perjalanan ke Istana, Beliau lenyap dari pandangan orang biasa, dan menjelma menjadi Dewi. Beliau pernah menampakkan diri pada tahun 750 M, dan melayang diantara awan yang berkilauan diatas klenteng Magu dikota Guangzhou. Menurut mitos lainnya, He Xian Gu tersesat dipengunungan ketika memetik daun teh. Disana ia bertemu dengan Lv Dong Bin yang memberinya buah peach. Sejak itu, ia berubah menjadi Dewi yang tidak pernah merasa lapar.

    He Xian Gu dilukiskan sebagai seorang gadis yang cantik, membawa setangkai bunga Teratai dan Sheng(Instrumen musik). Sering kali beliau juga ditemani seekor burung Fenghuang dan membawa serta Irus Bambu dan Tongkat Sabutan. Beliau merupakan salah satu anggota wanita dari 8 Dewa (ada juga yang menyebutkan Lan Cai He sebagai wanita).

    Han Xiang Zi (韩湘子)

    Han Xiang Zi (韩湘子) adalah seorang sastrawan yang hidup pada zaman dinasti Tang (618-907 M) dan memiliki nama kehormatan Qing Fu. Dia adalah kemenakan atau cucu dari Han Yu, seorang negarawan terkemuka di pengadilan Tang. Han Xiang belajar Taoisme dibawah bimbingan Lv Dong Bin. Pada suatu perjamuan dengan Han Yu, Han Xiang membujuknya untuk melepaskan hidupnya sebagai pejabat dan ikut belajar TAO bersamanya. Tetapi Han Yu tetap pada pendiriannya dan sebaliknya mengatakan bahwa Han Xiang harus memberikan hidupnya untuk Taoisme, bukan Konghucu, jadi Han Xiang menunjukkan kemampuan Tao yang ia pelajari dengan menuangkan anggur kedalam cangkir demi cangkir dari labu miliknya tanpa henti.

    Sejak kecil Han Xiang telah menunjukkan kepintarannya. Beliau mampu membuat bunga peoni mekar dengan warna yang indah selama beberapa hari, setiap permulaan musim dingin, Beliau belajar ilmu kedewaan dari Lv Dong Bin. Han Xiang Zi sering digambarkan membawa DiZi berupa seruling tradisional Tiongkok. Beliau juga sering disebut sebagai Dewa pelindung para penyuling. Han Xiang Zi juga merupakan pencipta karya musik Tao yaitu Tian Hua Yin. Selain itu, Beliau juga dikenal sebagai Dewa Pelindung Peramal. Dimana suatu ketika, Lv Dong Bin membawa Han Xiang Zi naik ke puncak pohon persik ajaib, Han Xiang Zi terpeleset jatuh. Dalam jatuhnya itu tiba-tiba Beliau menjadi Dewa. Han Xiang Zi dilukiskan dengan membawa seruling dan berwajah tampan, dan berpakaian seperti seorang terpelajar.

    Lv Dong Bin (吕洞宾)

    Lv Dong Bin (吕洞宾) nama aslinya Lv Yan , juga sering dipanggil Shunyang. Beliau lahir di Provinsi Jingzhao sekitar 796 M masa dinasti Tang. Konon diceritakan bahwa saat Lv Dong Bin lahir, tercium harum seisi rumahnya, juga alunan musik yang merdu dari langit dan lintasan sinar putih yang masuk ke dalam ruangan melalui tirai kamar pada saat ibunya tengah melalui masa persalinan. Beliau menjabat sebagai Bupati di masa pemerintahan kaisar Yi Zhong (860-873). Pada tahun 874 M, Lv Dong Bin meletakkan jabatannya dan pergi berkelana. Beliau bertemu Zhong Li Quan yang mengajarkan ilmu pedang. Sejak saat itu Lv Dong Bin selalu tampak membawa pedang yang menjadi ciri khasnya dan memperolah sebutan sebagai Chun Yang Zi (純陽子). Kemudian Zhong Li Quan mengajarkan "Tao Ying Suk" (ilmu dan ajaran Tao dalam mencapai pencerahan) kepada Lv Dong Bin di gunung Zhongnan.

    Dipuncak He ling, Zhong Li Quan mengajarkan ilmu kedewaan kepada Lv Dong Bin. Setelah memiliki ilmu tersebut dan menjadi Dewa, Lv Dong Bin berkelana disebuah Sungai Besar (Yang Zi ). Kejadian-kejadian penting dalam pengembaraannya adalah bagaimana Lv Dong Bin membunuh seekor siluman naga yang mengganas di sungai besar, wilayah Jianghuai. Akhirnya Lv Dong Bin dengan pedang pusakanya berhasil membunuh sang siluman. Penduduk disana sangat berterima kasih kepadanya. Konon ceritanya sudah lama penduduk disana dicekam ketakutan akan keganasan naga itu. Pembesar Negeri juga tidak berdaya, sudah banyak orang pandai didatangkan tapi sang naga siluman tetap tak tertaklukan. Lv Dong Bin sangat dihormati oleh kaum sastrawan dan biasa juga disebut sebagai Dewa pelindung pendidikan. Lv Dong Bin biasanya digambarkan dengan membawa sebuah pedang pusaka yang dapat menaklukan kekuatan jahat.

    Zhang Guo Lao (張果老)

    Zhang Guo Lao (張果老) adalah seorang pertapa Tao yang hidup bertapa di Gunung Zhongtiao. Sebelah tenggara Yong Ji, Shanxi di desa Heng zhou pada zaman dinasti Tang (618-907). Zhang Guo Lao telah berusia ratuan tahun ketika Wu Zi Tian memerintah. Julukan "Lao" diakhir namanya berarti "Tua". Zhang Guo Lao memiliki kebiasaan unik, yaitu menunggang keledai putih secara terbalik, sehari berjalan bisa mencapai 10.000 li. Ketika Beliau ingin kesuatu tempat, keledainya dapat disulap menjadi selembar gambaran yang dapat dilipat dan dimasukkan kedalam sakunya, Keledai itu merupakan keledai khayangan.

    Sangat sedikit yang tau mengapa Beliau menunggang keledai dalam posisi terbalik. Dia menemukan bahwa berjalan kedepan berarti mundur ke belakang. Zhang Guo Lao juga sering dilukiskan dengan membawa alat musik bernama Yugu yang berbentuk bambu dengan 2 tongkat penabuhnya.


    Zhong Li Quan (鐘離權)

    Zhong Li Quan (鐘離權) dilahirkan di kota Xian, provinsi ShanXi pada zaman dinasti Han pada tanggal 15 bulan 4 imlek. Zhong Li Quan sering dikenal juga dengan sebutan Zheng Yang Zu Shi (正阳祖师) yang berarti "Leluhur Marga (Yang) Yang Sejati" dan Yun Fang Xian Sheng (云房先生) yang berarti “Penguasa Awan”. Zhong Li Quan adalah salah satu Dewa yang paling kuno dan menjadi pemimpin dari 8 Dewa (sebagian orang juga berpendapat bahwa Lv Dong Bin yang menjadi pemimpin).


    Zhong Li Quan merupakan seorang jendral dalam kerajaan pada masa dinasti Han. Beliau telah menunjukkan tanda akan menjadi orang hebat sejak dilahirkan. Ketika Beliau mulai dapat berbicara, kalimat pertama yang diucapkannya adalah "Kakiku telah mengembara hingga istana Ungu para Dewa, namaku tercatat di istana Yv Huang Da Di". Beliau pergi ke gunung Zhongnan & bertemu dengan Dewa Li Tie Guai dan menjadi murid Beliau. Zhong Li Quan kemudian mempelajari ilmu kedewaan dan bahan kimia.

    Setelah berhasil mempelajari semua ilmu tersebut, Beliau diutus turun gunung untuk mengamalkan ilmu & ajarannya untuk menolong umat manusia. Dengan menggunakan kesaktian kimia dan kipas saktinya, Beliau merubah batu menjadi koin perak dan emas untuk menolong manusia dari kemiskinan dan kelaparan. Beliau kemudian menurunkan ilmunya kepada Lv Dong Bin. Ketika sedang bermeditasi, Zhong Li Quan dan kereta gioknya membawanya menembus awan yang berkilauan dan menjadi Dewa. Zhong Li Quan sering digambarkan sebagai seorang yang berbadan gemuk, berwajah ramah, berjenggot, dan memakai baju yang terbuka sehingga menampakkan perutnya dan selalu membawa kipas bulu.

    Li Tie Guai (李鐵拐)

    Li Tie Guai (李鐵拐) mempunyai nama asli Li Suan (Li Yuan). Arti kata "Li" didalam namanya mengartikan "Tongkat Besi". Berasal dari San Zhou, hidup di zaman dinasti Sui. Hari kebesarannya diperingati setiap tanggal 8 bulan 4 imlek. Li Tie Guai adalah salah satu dari 8 Dewa yang mempunyai rupa yang unik. Beliau sering ditampilkan sebagai seorang tua dengan wajah yang kotor, berjenggot panjang, dan berambut acak-acakan pengan pin emas dikepalanya. Li kadang-kadang juga digambarkan sebagai temperamen tinggi dan keras kepala, tetapi murah hati terhadap orang miskin dan orang sakit. Dengan menggunakan obat khusus dari dalam labu-Nya, dia dapat mengurangi penderitaan orang lain.

    Li adalah murid dari Thai Sang Lao Jin ( Nabi Lao Zi). Beliau meninggalkan keduniawian & mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari "Tao Ying Suk" selama 40 tahun. Diceritakan sebelum dirinya menjadi Dewa, Beliau adalah seorang pria yang tampan. Namun ketika Beliau sedang menghadiri sebuah pertemuan di khayangan untuk melakukan meditasi bersama Dewa lain, Beliau berpesan kepada muridnya yang bernama Li Qing agar menunggu selama 7 hari untuk rohnya kembali. Apabila Roh Beliau juga belum kembali dalam waktu 7 hari, maka Li Qing ditugaskan agar memakamkan jasadnya, itu berarti gurunya telah menjadi Dewa. Namun baru 6 setengah hari, Li Qing mengubur jasad gurunya karena dia harus pergi melihat ibunya yang sedang sakit keras dan ia tidak berani meninggalkan jasad gurunya begitu saja. Ketika roh Li kembali, Beliau menemukan bahwa tubuhnya telah menghilang dan Beliau harus masuk ke badan orang lain, yang pada saat itu kebetulan terdapat seorang pengemis yang baru saja meninggal karena kelaparan.

    Oleh karena itu, Li sering digambarkan sebagai seorang pengemis dengan pakaian compang-camping. Kemudian Guru dari Li (Thai Sang Lao Jin) menampakkan diri & memberikan buli-buli merah berisi obat yang dapat menyebuhkan segala macam penyakit dan isi dalam buli tersebut tidak pernah kosong.

    Lan Cai He (藍采和)

    Lan Cai He (藍采和) sering digambarkan sebagai seorang pemulung yang kumal memakai sepatu sebelah. Ia seringkali digambarkan sebagai seorang anak laki-laki namun dalam beberapa naskah cerita, juga sering digambarkan sebagai seorang anak perempuan. Lan biasanya ditampilkan dengan pemuda atau gadis yang membawa keranjang bunga yang terbuat dari bambu dan untaian uang logam. Lan dikenal sebagai Dewa pelindung para pujangga. Dalam tradisi lain, Lan adalah penyanyi wanita yang memiliki lirik lagu yang dapat memprediksi kejadian masa depan secara akurat.

    Lan juga berkelana keseluruh negeri sambil bernyanyi dan membawa keranjang bunganya, itulah mengapa Beliau dipuja juga sebagai Dewa pelindung Penjual Bunga. Dalam cerita lain Lan Cai He digambarkan membawa sepasang kastanet bambu yang akan di katupkan dan akan membunyikan irama sambil menghentakkan kakinya. Dari kedelapan Dewa, Beliau adalah yang paling sedikit memiliki informasinya.

    Cao Guo Jiu (曹國舅)

    Cao Guo Jiu (曹國舅) mempunyai arti Paman Raja Cao. Nama asli Beliau adalah Cao Yi, bergelar Jing Xiu dan sering dikenal dengan sebutan Cao Jing Xiu. Cao Guo Jiu merupakan Dewa terakhir dari 8 Dewa. Dia ditampilkan dengan pakaian pejabat resmi dan butiran batu giok. kadang-kadang Beliau terlihat memegang alat musik. Keajaiban butiran gioknya adalah dapat memurnikan lingkungan. Cao Guo Jiu merupakan paman dari seorang Kaisar pada zaman dinasti Song, yaitu adik terkecil dari Permaisuri Cao, yang merupakn istri dari Raja Ren Zong pada pemerintahan dinasti Song. Adik Cao Guo Jiu adalah seorang penggangu, tapi tidak ada yang berani menuntut dia karena koneksi yang kuat, bahkan setelah dia membunuh seseorang. Cao Guo Ciu begitu malu dan merasa kewalahan oleh sikap adiknya.

    Pada akhirnya, Cao Guo Jiu mundur dari jabatannya di istana dan memilih pergi ke puncak gunung untuk bertapa. Selama masa pertapaannya, Beliau bertemu Dewa Zhong Li Quan dan Lv Dong Bin, yang mengajari Beliau ilmu kedewaan. Setelah bertahun-tahun bertapa dan belajar ilmu kedewaan, akhirnya Cao Guo Jiu berhasil menjadi Dewa.

    Cao Guo Jiu dilukiskan sebagai seorang pejabat tinggi dinasti Song dan membawa sebuah alat pengiring musim semacam castanet , dan Beliau sering dipuja sebagai Dewa Pelindung Seniman.

    Ayah Yang TERBAIK

    Ayah Yang TERBAIK

    Kisah Nyata

    Ini adalah sebuah kisah tentang kasih sayang yang begitu besar seorang ayah terhadap anak laki-lakinya yang menderita cacat di otaknya sejak lahir. Terkadang kesulitan menjadikan jalan untuk menunjukkan kemampuan yang sebenarnya.

    Sebuah penderitaan merupakan jalan untuk menunjukkan cinta yang sesungguhnya. Ungkapan itu semakin lama semakin bisa dipahami. Terlebih saat membaca dan melihat kisah keluarga dari Boston, Amerika Serikat ini. Memang ada orang yang mengeluh karena kesulitan. Ada banyak juga yang tampil sebagai pribadi yang keras dan pemarah karena beban derita yang besar.

    Sebagian orang kerap tergoda untuk lebih mudah marah dan gampang membenci saat banyak masalah datang. Namun kisah cinta seorang ayah ini mulai membuka mata setiap orang, bahwa penderitaan adalah sungguh jalan untuk menunjukkan cinta.

      Kisah ini bercerita tentang sebuah keluarga yang terus mencintai anaknya dalam penderitaannya. Semua penderitaan itu bermula ketika anak laki-laki mereka lahir dengan cacat bawaan. Cacat ini bukan pada fisik luarnya, tetapi pada bagian dalam tubuhnya.

       Otaknya tidak memperoleh suplai oksigen dengan baik. Tentu saja ini sangat berpengaruh buruk. Secara sederhana, Rick, anak laki-laki mereka ini tidak akan bisa hidup normal. Suami istri itu tidak menyerah begitu saja meski mendapati anaknya tidak akan bisa berjalan dan bicara. Mereka mencari jalan agar anaknya bisa belajar, bisa tumbuh, meski memiliki begitu banyak kekurangan.

      Saat Rick berusia 10 tahun orangtuanya memberi sebuah computer sederhana yang bisa sangat membantu Rick. Tentu saja tahun tersebut, 1972, tekhnologi belum sangat maju seperti sekarang. Toh kehadiran computer itu sangat menolong. Pelan-pelan Rick diajari mengeja huruf demi huruf. Kata pertama yang membahagiakan mereka adalah ketika Rick bisa menggerakkan mouse computer untuk mengeja kata sapaan, 'hi Mom' dan 'hi Dad'.



      Dick Hoyt wisuda Pelan-pelan Rick dikenalkan dengan berbagai aktivitas anak-anak pada umumnya, meski ia menjalani dengan duduk di kursi roda. Ia diajari berenang, bermain hoki, dll. Akhirnya tahun 1975, ketika ia berusia 13 tahun, Rick di masukkan ke sekolah normal. Di sana ia belajar dan bisa mengikuti dengan baik, tentu dengan bantuan berbagai alat. Tidak hanya sampai di situ, Rick mampu menyandang gelar sarjana dalam bidang Pendidikan Khusus tahun 1993.

      Seperti anak-anak dan pemuda pada umumnya, Rick sangat menyukai olah raga. Ia mengikuti beritanya dan sangat ingin terlibat di dalamnya. Di sinilah kebesaran cinta sang ayah sungguh diuji. Suatu saat di musim semi tahun 1977, Rick mengatakan ingin ikut dalam lomba lari 5 mil yang ada di kota mereka. Ayahnya menyetujui. Tentu saja, Rick tidak mampu berlari sendiri. Orangtuanya membuatkan kursi roda khusus yang bisa didorong sambil berlari. Ayahnyalah yang berlari sambil mendorong kursi roda anaknya. Setelah ikut lomba tersebut, Rick seperti keranjingan untuk ikut lomba yang lain. Sang ayah selalu mengiyakan.

      Ia tidak pernah menolak keinginan anaknya. Suatu malam, Rick berkata pada ayahnya, 'Dad, ketika aku ikut berlari, aku merasa bahwa aku bukan orang cacat.' Tentu saja ini sangat mengharukan bagi sang ayah. Dick Hoyt lomba lari Berbagai lomba telah mereka ikuti. Puncaknya ketika mereka terlibat dalam lomba iron-man. Lomba ini meliputi lari, bersepeda dan berenang di laut. Hal itu terjadi pada tahun 1992. Sekali lagi, sang ayah mengiyakan tanpa mengeluh akan permintaan anaknya tersebut.

        Saat itu usia Rick sudah 30 tahun dan ayahnya sudah 52 tahun. Setelah itu mereka masih mengikuti beberapa lomba yang lain lagi. Bapak anak ini menjadi sebuah team yang solid. Sang anak terus berusaha memberi semangat pada ayahnya dengan merentangan tangan dan menunjukkan raut muka gembira. Mereka telah menjadi satu. Mereka tidak mungkin berlomba secara terpisah.

       Sang ayah adalah tubuh dan anaknya adalah hati yang membakar semangat untuk terus berlari. Mereka masih memiliki rencana akan mengikuti lomba marathon di Boston, yang merupakan lomba favoritenya Rick pada tahun 2011. Waktu itu terjadi, usia sang ayah sudah 70 tahun. Kita tidak tahu apakah mereka masih bisa melakukan atau tidak. Namun yang pasti, ayah yang perkasa ini telah menunjukkan cinta yang sangat besar pada anaknya. Ia tidak pernah mengeluh, karena penderitaan anaknya adalah jalan baginya untuk menunjukkan cintanya.
        Suatu saat Rick pernah ditanya, ‘jika bisa memberi sesuatu pada ayahmu, apakah yang ingin kamu berikan?’ Rick menjawab, ‘kalau mungkin, suatu saat ayah duduk di kursi ini dan aku yang akan mendorongnya.

    Arti Sebuah Perhatian

    Perhatian merupakan suatu tindakan yang harus dilakukan dan wajib dimiliki oleh setiap keluarga. Apakah kalian pernah merasa diabaikan? Bahkan diagap atau dinomer duakan? Nah, dalam cerita kali ini , kalian akan tau betapa pentingnya sebuah Perhatian dan manfaat dari kata Perhatian. Simaklah sebuah cerita berikut ini!  😉😉


      Aku terlahir dari keluarga yang berkecukupan, dan dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis. Kecintaan terhadap keluarga adalah hal yang utama bagi setiap orang termasuk diriku. Ayah dan Ibuku adalah orang yang sangat penting bagi masa depanku, mereka adalah pembimbing dan motivatork.

     Sejak remaja, kehidupanku pun berubah oleh perekonomian yang makin lama semakin tinggi. Kebutuhan hidup seperti kebutuhan sekolah pun sangatlah tidak murah. Karena orang tua ingin anaknya lebih beruntung dari mereka, Ayah pun menyekolahkanku disekolah swasta. Setiap harinya aku harus naik angkutan umum agar bisa kesekolah. Ayah bekerja disebuah Toko dan sudah lama bekerja disana dari dirinya masih remaja, Ayah dulunya adalah orang yang terlahir dikeluarga yang kekurangan, sehingga dia tau bahwa hidup harus semakin maju, maka dari itu Ayah ingin yang terbaik buat anaknya.

     Tahun 2012 adalah moment yang sangat dinanti-nanti bagiku, disitulah akhir dari masa remajaku. Seusai tamat dari sekolah aku pun ingin lanjut ke perguruan yang lebih tinggi, tetapi pada saat itu Ayah mengalami masalah dalam pekerjaannya. Dimana penjualan Tokonya menurun sehingga aku harus menunggu hingga pendaftaran selanjutnya. Selama menunggu pendaftaran yang cukup lama, akupun memutuskan untuk mencari pekerjaan. Yah, Sekalian membantu nanti buat biaya kuliahku tahun depan, dan pada akhirnya aku bekerja disebuah perusahaan yang terletak di kota Medan. Perusahan itu bergerak di bidang financial, dan tidak bertahan lama. Mendengar hal itu Ayah pun memutuskan akan lebih semangat lagi kerja agar bisa menyekolahkan aku lebih tinggi.


      Pada akhir pertengahan bulan Mei 2013 Ibuku mengandung anak ke-2 nya, yaitu adikku. Semenjak kelahiran adik pertamaku itu membuat aku senang dan menyedihkan juga buatku, karena biaya dari persalinan Ibuku membuat Ayah harus memenuhi kebutuhan dari Ibu serta Adikku. Sehingga aku juga harus merelakan kuliahku lagi untuk tahun berikutnya.


      Kasih sayang ayah terhadapku membuat ibu merasa tidak nyaman berada dirumah, ia lebih sering pergi mencari kesibukkan lainnya diluar rumah bersama temannya. Pada suatu ketika mereka mengalami perdebatan yang membuat mereka harus pisah, dan membuat aku serta adik perempuanku harus memilih. Pada akhirnya aku memilih Ayah, karena hanya Ayah yang bisa memuhi kebutuhanku sedangkan Adikku ikut bersama Ibuku dan mereka tinggal dirumah nenek. Kehidupanku semakin tidak terartur semenjak mereka harus berpisah, lantaran Ibuku kurang diperhatikan oleh Ayah, yang mengakibatkan Ibuku menikah lagi dengan pria lain.


      Ayah masih menginginkan kehadiran Ibu dirumah dan masih sayang kepadanya, sampai Ayah membujuknya untuk kembali, tetapi Ibu tetap memilih pria yang bisa memberikan perhatiannya itu kepada Ibuku. Sampai Ayah memohon agar bisa merubah diri dan berusaha agar keluarga yang dicintainya menyatu kembali, tetapi Ibuku bersih keras menolak. "Ia berkata sudah terlambat yang ingin kau lakukan kepadaku Ayah, sudahlah lupakan masalalu kita". Pertemuan antara aku dan adik perempuanku semakin terbatas, kami hanya boleh bertemu dalam beberapa kesempatan saja, dan saya tidak diperbolehkan oleh Ibu untuk membawa adik ke rumah Ayah.


      Selang beberapa tahun kemudian Ayah meninggal dunia akibat serangan jantung, dan akupun bergegas untuk kerumah nenek untuk memberitahu Ibu, Ibu dan adikku segera bergegas ke pemakamannya Ayah dan Ibu memberi kata-kata terakhirnya buat Ayah. Disana tampak jelas kekesalan Ibu terhadap Ayah yang perhatiannya hanya diberikan padaku. Sehingga membuat Ibu meneteskan air mata dengan penuh haru, yang membuat aku juga harus merasakan keharuan Ibu. Adikku yang masih berusia 8 tahun juga harus ikutan bersedih akibat kehilangan sosok ayah yang belom pernah mendapatkan kasih sayang yang Ayah berikkan untuknya. Semenjak kepergian Ayah akhirnya akupun ikut dengan Ibuku dan tinggal bersama dengannya. Sebelum kepergian Ayah, beliau berpesan kepadaku "Berilah kasih sayang kepada mereka seperti Ayah memberi kasih sayang kepadamu". Dan kata-kata itu akan kusimpan dan kuingat selalu.
      

       Ayah sebenarnya sangat cinta akan keluarganya, dikarenakan Ibu salah menilai dengan cara Ayah yang demikian, sehingga perceraianlah yang datang. Jadi dalam kisah ini para Ayah seharusnya pintar membagi perhatiannya kepada keluarganya dan memberikan contoh yang teladan bagi anak-anaknya kelak. Dengan contoh diatas dapat  memberikan pengetahuan terhadap kita betapa pentingnya sebuah Perhatian.